Selasa, 24 Desember 2013

SAUDAH BINTI ZAM’AH radhiallâhu ‘anha
(Sang isteri yang merelakan haknya)
 Beliau adalah Saudah binti Zam’ah bin Qais bin Abdi Syams bin Abud Al-Quraisyiyah Al-Amiriyyah.
Ibunya bernama Asy-Syamus binti Qais bin Zaid bin Amru dari bani Najjar. Beliau juga seorang Sayyidah yang mulia dan terhormat. Sebelumnya pernah menikah dengan As-Sakar bin Amru saudara dari Suhair bin Amru Al-Amiri. Suatu ketika beliau bersama delapan orang dari bani Amir hijrah meninggalkan kampung  halaman dan hartanya, kemudian menyebrangi dasyatnya lautan karena ridha menghadapi maut dalalm rangka memenangkan diennya. Semakin bertambah siksaan dan intimidasi yang mereka karena mereka menolak kesesatan dan kesyirikan. Hampir-hampir tiada hentinya ujian menimpa Saudah belum usai ujian tinggal dinegeri asing (Habsyah) beliau harus kehilangan suami beliau sang muhajirin. Maka beliaupun menghadapi ujian menjadi seorang janda disamping juga ujian dinegeri asing.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menaruh perhatian yang istimewa terhadap wanita muhajirah yang beriman dan telah menjanda tersebut. Oleh karena itu tiada henti-hentinya Khaulah binti Hakim as-Salimah menawarkan Saudah untuk beliau hingga pada gilirannya beliau mengulurkan tangannya yang penuh rahmat untuk Saudah  dan beliau mendampinginya dan membantunya menghadapi kerasnya kehidupan. Apalagi umurnya telah mendekati usia senja sehingga membutuhkan seseorang yang dapat menjaga dan mendampinginya.
Telah tercatat dalam sejarah tak seorangpun sahabat yang berani mengajukan masukan kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang pernikahan beliau setelah wafatnya Ummul Mukminin ath-Thahirah yang telah mengimani beliau disaat menusia mengkufurinya  dan menyerahkan seluruh hartanya disaat orang lain menahan berntuan terhadapnya dan bersamanya pula Allah mengkaruniakan kepada Rasul putra-putri.
Akan tetapi hampir-hampir kesusahan menjadi berkepanjangan hingga Khaulah binti Hakim memberanikan diri mengusulkan kepada Rasulullah dengan cara yang lembut dan ramah:
Khaulah: Tidakkah anda ingin menikah ya Rasulullah?
Nabi: (Beliau menjawab dengan suara yang menandakan kesedihan) dengan siapa saya akan menikah
Setelah dengan Khadijah?
Khaulah : jika anda ingin bisa dengan seorang gadis dan bisa pula dengan seorang janda.
Nabi  :  jika dengan seorang gadis,siapakah gadis tersebut?
Khaulah  : Putri dari orang yang anda cintai yakni Aisyah binti Abu Bakar.
Nabi : (Setelah beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam diam untuk beberapa saat kemudian bertanya)jika dengan seorang janda?
Khaulah : Dia adalah Saudah binti Zam’ah, seorang wanita yang telah beriman kepada anda dan mengikuti yang anda bawa .
Beliau menginginkan Aisyah akan tetapi terlebih dahulu beliau nikahi Saudah binti Zam’ah yang mana dia menjadi satu-satunya isteri (beliau (setelah wafatnya Khadijah) selama tiga tahun atau lebih baru kemudian masuklah Aisyah dalam rumah tangga Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang di Makkah merasa heran terhadap pernikahan Nabi dengan Saudah binti Zam’ah. Mereka bertanya-tanya seolah-olah tidak percaya dengan kejadian tersebut, seorang janda yang telah lanjut usia dan tidak begitu cantik menggantikan posisi Sayyidah wanita Quraisy dan hal itu menarik perhatian bagi para pembesar-pembesar diantara mereka.
Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa sesungguhnya Saudah atau yang lain tidak dapat menggantikan posisi Khadijah, akan tetapi hal itu adalah, kasih sayang dan penghibur hati adalah menjadi rahmat bagi beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallamyang penuh kasih.
Adapun Saudah radhiallaahu ‘anha mampu untuk menunaikan kewajiban dalam rumah tangga Nubuwwah dan melayani putri-putri Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan di hati Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallamdengan ringannya ruhnya dan sifat periangnya dan ketidaksukaannya terhadap beratnya badan.
Setelah tiga tahun rumah tangga tersebut berjalan maka masuklah Aisyah dalam rumah tangga Nubuwwah, disusul kemudian istri-istri yang lain seperti Hafsah, Zainab, Ummu Salamah dan lain-lain. Saudah radhiallaahu ‘anha menyadari bahwa NabiShallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak mengawininya dirinya melainkan karena kasihan melihat kondisinya setelah kepergian suaminya yang lama. Dan bagi beliau hal itu telah jelas dan nyata tatkala Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam ingin menceraikan beliau dengan cara yang baik untuk memberi kebebasan kepadanya, namun Nabi nerasa bahwa hal itu akan menyakiti hatinya.Tatkala Nabi mengutarakan keinginannya untuk menceraikan beliau, maka beliau merasa seolah-olah itu adalah mimpi buruk yang menyesakkan dadanya, maka beliau merengek dengan merendahkan diri berkata: “pertahankanlah aku ya Rasulullah !demi Allah tiadalah keinginanku diperistri itu karena ketamakan saya akan tetapi hanya berharap agar Allah membangkitkan aku pada hari kiamat dalam keadaan menjadi Istrimu.
Begitulah Saudah radhiallaahu ‘anha lebih mendahulukan keridhaan suaminya yang mulia, maka beliau berikan giliran beliau kepada Aisyah untuk menjaga hati RasulullahShallallaahu ‘alaihi wa sallam dan beliau radhiallaahu ‘anha sudah tidak memiliki keinginan sebagaimana layaknya wanita lain.
Maka Rasulullah menerima usulan istrinya yang memiliki perasaan yang halus tersebut, maka turunlah ayat Allah:
“Maka tidak mengapa bagi keduannya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).”(An-Nisa’:128).
Saudah radhiallaahu ‘anha tinggal dirumah tangga nubuwwah dengan penuh keridhaan dan ketenangan dan bersyukur kepada Allah yang telah menempatkan posisinya disamping sabaik-baik makhluk di dunia dan dia bersyukur kepada Allah karena mendapat gelar ummul mukminin dan menjadi istri Rasul di jannah. Akhirnya wafatlah Saudah radhiallaahu ‘anha pada akhir pemerintahan Umar bin Khattab radhiallaahu ‘anha.

Ummul mukminin Aisyah radhiallaahu ‘anha senantiasa mengenang dan mengingat perilaku beliau dan terkesan akan keindahan kesetiaannya. Aisyah berkata: “Tiada seorang wanitapun yang paling aku sukai agar aku memiliki sifat seperti dia melebihi Saudah binti Zam’ah tatkala berusia senja yang mana dia berkata: “Ya Rasulullah aku hadiahkan kunjungan  anda kepadaku untuk Aisyah hanya saja beliau berwatak keras”.

Kamis, 07 Februari 2013

Abdullah Bin Mas'ud


Abdullah bin Mas’ud


,Tak berapa lama setelah memeluk Islam, Abdullah bin Mas’ud mendatangi Rasulullah dan memohon kepada beliau agar diterima menjadi pelayan beliau. Rasulullah pun menyetujuinya.

Sejak hari itu, Abdullah bin Mas’ud tinggal di rumah Rasulullah. Dia beralih pekerjaan dari penggembala domba menjadi pelayan utusan Allah dan pemimpin umat. Abdullah bin Mas’ud senantiasa mendampingi Rasulullah bagaikan layang-layang dan benangnya. Dia selalu menyertai kemana pun beliau pergi.
Dia membangunkan Rasulullah untuk shalat bila beliau tertidur, menyediakan air untuk mandi, mengambilkan terompah apabila beliau hendak pergi dan membenahinya apabila beliau pulang. Dia membawakan tongkat dan siwak Rasulullah, menutupkan pintu kamar apabila beliau hendak tidur.
Bahkan Rasulullah mengizinkan Abdullah memasuki kamar beliau jika perlu. Beliau memercayakan kepadanya hal-hal yang rahasia, tanpa khawatir rahasia tersebut akan terbuka. Karenanya, Abdullah bin Mas’ud dijuluki orang dengan sebutan “Shahibus Sirri Rasulullah” (pemegang rahasia Rasulullah).
Abdullah bin Mas’ud dibesarkan dan dididik dengan sempurna dalam rumah tangga Rasulullah. Karena itu tidak kalau dia menjadi seorang yang terpelajar, berakhlak tinggi, sesuai dengan karakter dan sifat-sifat yang dicontohkan Rasulullah kepadanya. Sampai-sampai orang mengatakan, karakter dan akhlak Abdullah bin Mas’ud paling mirip dengan akhlak Rasulullah.
Abdullah bin Mas’ud pernah berkata tentang pengetahuannya mengenai Kitabullah (Al-Qur’an) sebagai berikut, “Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur’an, melainkan aku tahu di mana dan dalam situasi bagaimana diturunkan. Seandainya ada orang yang lebih tahu daripada aku, niscaya aku datang belajar kepadanya.”
Abdullah bin Mas’ud tidak berlebihan dengan ucapannya itu. Kisah Umar bin Al-Khathab berikut memperkuat ucapannya. Pada suatu malam, Khalifah Umar sedang dalam perjalanan, ia bertemu dengan sebuah kabilah. Malam sangat gelap bagai tertutup tenda, menutupi pandangan setiap pengendara. Abdullah bin Mas’ud berada dalam kabilah tersebut. Khalifah Umar memerintahkan seorang pengawal agar menanyai kabilah.
“Hai kabilah, dari mana kalian?” teriak pengawal.
“Min fajjil ‘amiq (dari lembah nan dalam),” jawab Abdullah.
“Hendak kemana kalian?”
“Ke Baitu Atiq (rumah tua, Ka’bah),” jawab Abdullah.
“Di antara mereka pasti ada orang alim,” kata Umar.
Kemudian diperintahkannya pula menanyakan, “Ayat Al-Qur’an manakah yang paling ampuh?”
Abdullah menjawab, “Allah, tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak pula tidur…” (QS Al-Baqarah: 255).
“Tanyakan pula kepada mereka, ayat Al-Qur’an manakah yang lebih kuat hukumnya?” kata Umar memerintah.
Abdullah menjawab, “Sesungguhnya Allah memerintah kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang kamu dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An-Nahl: 9).
“Tanyakan kepada mereka, ayat Al-Qur’an manakah yang mencakup semuanya!” perintah Umar.
Abdullah menjawab, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan walaupun sebesar dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (QS Al-Zalzalah: 8).
Demikian seterusnya, ketika Umar memerintahkan pengawal untuk bertanya tentang Al-Qur’an, Abdullah bin Mas’ud langsung menjawabnya dengan tegas dan tepat. Hingga pada akhirnya Khalifah Umar bertanya, “Adakah dalam kabilah kalian Abdullah bin Mas’ud?”
Jawab mereka, “Ya, ada!”
Abdullah bin Mas’ud bukan hanya sekedar qari’ (ahli baca Al-Qur’an) terbaik, atau seorang yang sangat alim atau zuhud, namun ia juga seorang pemberani, kuat dan teliti. Bahkan dia seorang pejuang (mujahid) terkemuka. Dia tercatat sebagai Muslim pertama yang mengumandangkan Al-Qur’an dengan suara merdu dan lantang.
Pada suatu hari para sahabat Rasulullah berkumpul di Makkah. Mereka berkata, “Demi Allah, kaum Quraisy belum pernah mendengar ayat-ayat Al-Qur’an yang kita baca di hadapan mereka dengan suara keras. Siapa kira-kira yang dapat membacakannya kepada mereka?”
“Aku sanggup membacakannya kepada mereka dengan suara keras,” kata Abdullah.
“Tidak, jangan kamu! Kami khawatir kalau kamu membacakannya. Hendaknya seseorang yang punya keluarga yang dapat membela dan melindunginya dari penganiayaan kaum Quraisy,” jawab mereka.
“Biarlah, aku saja. Allah pasti melindungiku,” kata Abdullah tak gentar.
Keesokan harinya, kira-kira waktu Dhuha, ketika kaum Quraisy sedang duduk-duduk di sekitar Ka’Baha Ad-Daulah. Abdullah bin Mas’ud berdiri di Maqam Ibrahim, lalu dengan suara lantang dan merdu dibacanya surah Ar-Rahman ayat 1-4.
Bacaan Abdullah yang merdu dan lantang itu kedengaran oleh kaum Quraisy di sekitar Ka’bah. Mereka terkesima saat mendengar dan merenungkan ayat-ayat Allah yang dibaca Abdullah. Kemudian mereka bertanya, “Apakah yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abd (Abdullah bin Mas’ud)?”
“Sialan, dia membaca ayat-ayat yang dibawa Muhammad!” kata mereka begitu tersadar. Lalu mereka berdiri serentak dan memukuli Abdullah. Namun Abdullah bin Mas’ud meneruskan bacaannya hingga akhir surah. Ia lalu pulang menemui para sahabat dengan muka babak belur dan berdarah.
“Inilah yang kami khawatirkan terhadapmu,” kata mereka.
“Demi Allah, kata Abdullah, “Bahkan sekarang musuh-musuh Allah itu semakin kecil di mataku. Jika kalian menghendaki, besok pagi aku akan baca lagi di hadapan mereka.”
Abdullah bin Mas’ud hidup hingga masa Khalifah Utsman bin Affan memerintah. Ketika ia hampir meninggal dunia, Khalifah Utsman datang menjenguknya. “Sakit apakah yang kau rasakan, wahai Abdullah?” tanya khalifah.
“Dosa-dosaku,” jawab Abdullah.
“Apa yang kau inginkan?”
“Rahmat Tuhanku.”
“Tidakkah kau ingin supaya kusuruh orang membawa gaji-gajimu yang tidak pernah kau ambil selama beberapa tahun?” tanya Khalifah.
“Aku tidak membutuhkannya,” kata Abdullah.
“Bukankah kau mempunyai anak-anak yang harus hidup layak sepeninggalmu?” tanya Utsman.
“Aku tidak khawatir, jawab Abdullah, “Aku menyuruh mereka membaca surah Al-Waqi’ah setiap malam. Karena aku mendengar Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membaca surah Al-Waqi’ah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya!”
Pada suatu malam yang hening, Abdullah bin Mas’ud pun berangkat menghadap Tuhannya dengan tenang.


sumber dari republika.co.id

web flash tutorial

pada postingan kali ini saya akan memberkam langkah-langkah pembuatan website, awalnya kita buat website kita dengan apa yang kita ska. tapi berhubung sekarang saya membuat nya dengan menggnakan adobe flash.


Selanjutnya kita akan menghosting website kita, caranya adalah. masuk ke website penyedia layanan hosting, salah satunya adalah ID-Hostinger, disini terdapat 2 kategori, yaitu hosting gratis dan hosting berbayar, untuk kali ini saya akan menggunakan hosting yang gratis hehe
Berikut ini adalah langkah-langkah tentang bagaimana cara mendaftar di Idhostinger dan saya sarankan sebaiknya anda menggunakan PC atau UcBrowser
show.php?partnerid=87168&get=mweb&bn=8
1. Silakan anda daftar disini dan kemudian pilih lah menu "Order Sekarang".
show.php?partnerid=87168&get=mweb&bn=9
2. Lengkapilah form pendaftaran serta jangan lupa mencentang pilihan "Saya setuju dengan Ketentuan Penggunaan Layanan" dan kemudian klik menu "Buat Akun".
show.php?partnerid=87168&get=mweb&bn=10
3. Setelah itu silahkan cek email Anda (e-mail yang Anda gunakan saat mendaftar). Idhostinger akan mengirimkan dua (2) email kepada Anda. Email yang pertama tentang peberitahuan bahwa Anda berhasil mendaftar di Idhostinger dan email yang kedua adalah pemberitahuan tentang link aktivasi akun.
show.php?partnerid=87168&get=mweb&bn=7
4.Klik link aktivasi yang ada pada email ke dua untuk mengaktifkan akun Anda. Setelah Anda klik, maka akun Anda akan aktif dan Anda dapat membuat akun di Idhostinger.com


Mengupload File Melalui File Manager
Pilih Kontrol Panel dan buat akun baru  Di halaman isian akun baru, pilih:
  •         Hosting Plan : Gratis,
  •         Di bagian radio buton, pilih : Saya ingin menggunakan domain saya sendiri.
  •         Domain www: isikan dengan nama domain yang telah anda buat di dot.tk (misal: ances-distro.tk)
  •         Password dan isian berikutnya tinggal isi sesuai instruksi, lalu klik tombol submit"
Akses web anda
Klik lagi Kontrol panel dan bakal muncul tombol "beralih"


dan anda bakal masuk ke control panel web sendiri, anda bisa membuat database, membuat email, mengatur domain/subdomain. dll

wokeh hampir kelar sob udah disini mah,, lanjut ke penguploadan file web kita (hasil bikinan kita ataupun CMS)

Untuk melihat Web yang telah saya buat, silahkan klik link ini : 


Referensi :